Israel Mengisyaratkan Serangan Balik: Ketegangan antara Israel dan Iran kembali meningkat menyusul serangkaian serangan balasan yang dilancarkan oleh Iran terhadap wilayah Israel. Serangan ini dipicu oleh serangan mematikan Israel terhadap Konsulat Iran di Suriah pada awal April 2024, yang menewaskan beberapa anggota Pasukan Quds Iran. Kini, Israel mengisyaratkan akan melancarkan serangan balasan, sementara Iran, melalui Presiden Ebrahim Raisi, mengeluarkan peringatan keras. Dalam artikel ini, kita akan membahas perkembangan situasi ini, respons kedua negara, serta potensi eskalasi konflik yang lebih luas di kawasan Timur Tengah.
Serangan Iran Terhadap Israel: Awal Ketegangan
Ketegangan antara Israel dan Iran memuncak setelah serangan udara besar-besaran yang dilancarkan oleh Iran ke wilayah Israel. Serangan tersebut, yang dilakukan oleh Garda Revolusi Iran, melibatkan lebih dari 300 drone dan rudal yang ditembakkan ke berbagai sasaran di Israel. Serangan ini merupakan pembalasan atas serangan Israel terhadap Konsulat Iran di Suriah pada awal April 2024, yang menewaskan belasan orang, termasuk anggota Pasukan Quds.
Operasi Balasan Iran: ‘Operation True Promise’
Iran menyebut serangannya terhadap Israel sebagai Operation True Promise, yang diklaim sebagai “tindakan pertahanan diri yang sah” berdasarkan Pasal 51 Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Serangan ini dimaksudkan untuk membalas serangan Israel di Suriah yang mengakibatkan kematian sejumlah personel militer Iran. Iran menyatakan bahwa serangannya telah mencapai “kesuksesan yang melebihi harapan,” dengan menghancurkan infrastruktur militer Israel, termasuk pangkalan udara yang menjadi lokasi lepas landas jet tempur F-35 Israel.
Respon Israel terhadap Serangan Iran
Israel Mengisyaratkan Serangan Balik sebagai Respons atas Serangan Iran: Menyusul serangan besar-besaran Iran, Israel segera memberikan sinyal akan melakukan serangan balasan. Jenderal Herzi Halevi, Panglima Militer Israel, dalam pidatonya di hadapan para tentara Israel di Pangkalan Udara Nevatim pada Senin (15/4/2024), menegaskan bahwa Israel akan merespons serangan ini. Pangkalan udara tersebut menjadi salah satu sasaran serangan Iran, meskipun Israel mengklaim kerusakan yang terjadi hanya ringan.
Pernyataan Jenderal Herzi Halevi
Jenderal Halevi secara tegas menyatakan bahwa Israel tidak akan tinggal diam atas serangan ini. Menurutnya, peluncuran ratusan rudal dan drone oleh Iran adalah tindakan agresif yang memerlukan balasan militer. “Peluncuran begitu banyak rudal, rudal jelajah, dan UAV (drone) ke wilayah Negara Israel akan direspons,” ucap Halevi. Pidato tersebut mencerminkan sikap keras Israel terhadap ancaman Iran yang semakin meningkat di kawasan tersebut.
Tanggapan Juru Bicara Militer Israel
Selain pernyataan Halevi, Laksamana Muda Daniel Hagari, juru bicara militer Israel, juga menegaskan bahwa Israel akan melakukan segala yang diperlukan untuk melindungi wilayahnya. Ia menambahkan bahwa 99% dari lebih dari 300 proyektil yang ditembakkan Iran ke Israel berhasil ditembak jatuh oleh sistem pertahanan Israel. Namun, beberapa rudal balistik berhasil lolos dan menghantam Pangkalan Udara Nevatim.
Israel Klaim Gagalkan Sebagian Besar Serangan Iran
Militer Israel mengklaim bahwa serangan udara Iran berhasil digagalkan. Dari 170 drone dan 30 rudal jelajah yang ditembakkan oleh Iran, tidak ada satu pun yang berhasil menembus wilayah udara Israel, berkat sistem pertahanan udara yang kuat. Meskipun demikian, beberapa dari 120 rudal balistik yang diluncurkan oleh Iran berhasil mencapai target, termasuk menghantam Pangkalan Udara Nevatim, meskipun kerusakan yang terjadi diklaim hanya bersifat ringan.
Iran Berikan Ultimatum kepada Israel
Di sisi lain, Iran tidak tinggal diam atas ancaman serangan balasan dari Israel. Hossein Salami, Panglima Garda Revolusi Iran, menepis klaim Israel bahwa serangan Iran gagal mencapai target. Salami menegaskan bahwa Operation True Promise mencapai level kesuksesan yang luar biasa, dengan menghancurkan pangkalan militer penting Israel. Serangan ini, menurut Salami, adalah peringatan bagi Israel untuk tidak melancarkan serangan lebih lanjut.
Peringatan dari Presiden Iran Ebrahim Raisi
Israel Mengisyaratkan Serangan Balik sebagai Respons atas Serangan Iran: Presiden Iran, Ebrahim Raisi, juga menyampaikan peringatan keras kepada Israel. Dalam pernyataannya yang disampaikan saat berbicara dengan Emir Qatar, Raisi menegaskan bahwa setiap aksi atau tindakan yang menyerang kepentingan Iran akan dibalas dengan “respon yang keras, meluas, dan menyakitkan.” Meskipun Raisi tidak menyebut langsung nama Israel, pernyataannya tersebut jelas ditujukan kepada Tel Aviv.
Teguran dari Kepala Staf Angkatan Bersenjata Iran
Selain itu, Mayor Jenderal Mohammad Bagheri, Kepala Staf Angkatan Bersenjata Iran, menegaskan bahwa serangan balasan Iran sudah selesai. Namun, ia memperingatkan bahwa jika Israel nekat melancarkan serangan balasan, Teheran siap memberikan reaksi yang lebih kuat. Pernyataan ini mempertegas bahwa Iran tidak akan tinggal diam dan siap melanjutkan eskalasi jika Israel melanjutkan serangannya.
Konflik Iran-Israel di Suriah
Konflik ini bermula dari serangan Israel terhadap Konsulat Iran di Damaskus, Suriah, pada 1 April 2024. Serangan ini menewaskan beberapa anggota Pasukan Quds, sayap militer dari Garda Revolusi Iran. Termasuk Brigadir Jenderal Mohammed Reza Zahedi dan wakilnya Brigadir Jenderal Hadi Haji Rahimi. Israel tidak segera mengonfirmasi keterlibatannya, tetapi kemudian mengakui bahwa serangan tersebut ditujukan kepada anggota kelompok yang terlibat dalam aktivitas teroris terhadap Israel.
Pandangan Israel Tentang Serangan di Suriah
Israel berpendapat bahwa orang-orang yang tewas dalam serangan di Suriah adalah bagian dari Pasukan Quds yang terlibat dalam aktivitas terorisme terhadap negara Yahudi. Laksamana Muda Daniel Hagari menyatakan bahwa tidak ada diplomat yang tewas dalam serangan tersebut. Bahwa semua yang terbunuh adalah anggota kelompok teroris seperti Hizbullah dan agen-agen Iran. Israel menegaskan bahwa serangan ini adalah upaya mereka untuk melindungi kepentingan nasional dari ancaman eksternal.
Potensi Eskalasi Konflik di Kawasan Timur Tengah
Israel Mengisyaratkan Serangan Balik sebagai Respons atas Serangan Iran: Dengan kedua negara yang sama-sama bersiap untuk melancarkan serangan lebih lanjut, potensi eskalasi konflik antara Iran dan Israel di Timur Tengah semakin tinggi. Bentrokan langsung antara kedua kekuatan regional ini dapat memicu krisis yang lebih luas, melibatkan sekutu mereka masing-masing. Israel mendapat dukungan kuat dari Amerika Serikat. Sementara Iran memiliki dukungan dari kelompok militan seperti Hizbullah serta hubungan erat dengan Rusia dan China.
Peran Amerika Serikat dalam Konflik
Amerika Serikat, sebagai sekutu utama Israel, juga ikut memantau situasi ini dengan cermat. Washington telah lama mendukung Israel dalam menghadapi ancaman dari Iran. Terutama terkait dengan program nuklir Iran dan keterlibatannya dalam konflik di Suriah. Namun, AS juga harus mempertimbangkan dampak eskalasi ini terhadap stabilitas kawasan yang lebih luas. Terutama di tengah upaya untuk menegosiasikan solusi damai terkait program nuklir Iran.
Reaksi Dunia Internasional Terhadap Ketegangan Ini
Dunia internasional memandang serius meningkatnya ketegangan antara Iran dan Israel, mengingat potensi dampak luas yang bisa terjadi. PBB dan beberapa negara Eropa telah menyerukan agar kedua belah pihak menahan diri dan segera memulai dialog untuk meredakan ketegangan. Meskipun demikian, baik Iran maupun Israel tampaknya belum menunjukkan tanda-tanda akan mengurangi agresi mereka dalam waktu dekat.
Iran Tegaskan Siap Hadapi Serangan Balasan Israel
Meskipun Israel mengklaim siap untuk melancarkan serangan balasan, Iran menegaskan bahwa pihaknya telah bersiap menghadapi segala kemungkinan. Ali Bagheri Kani, Wakil Menteri Luar Negeri Iran, mengatakan bahwa respons Iran terhadap serangan Israel akan terjadi hanya dalam hitungan detik. Ini menunjukkan kesiapan Iran untuk melanjutkan eskalasi konflik jika Israel benar-benar melancarkan serangan balasan.
Situasi di Suriah: Medan Perang untuk Iran dan Israel
Suriah telah menjadi medan perang utama bagi konflik proxy antara Iran dan Israel. Iran memiliki kehadiran militer yang signifikan di Suriah melalui Pasukan Quds dan kelompok militan lainnya, yang bertempur untuk mendukung rezim Bashar al-Assad. Di sisi lain, Israel telah berulang kali melancarkan serangan udara terhadap target-target Iran di Suriah. Dengan alasan bahwa kehadiran militer Iran di negara tersebut merupakan ancaman langsung terhadap keamanan nasional Israel.
Dampak Serangan Terhadap Warga Sipil di Timur Tengah
Selain ketegangan militer antara Iran dan Israel, konflik ini juga menimbulkan dampak signifikan terhadap warga sipil di Timur Tengah. Di Suriah, serangan udara telah menyebabkan kehancuran besar dan korban jiwa, sementara di Israel. Serangan rudal dan drone dari Iran menimbulkan ketakutan dan kerusakan infrastruktur. Meningkatnya ketegangan ini menambah penderitaan rakyat di kawasan tersebut yang telah lama menjadi korban konflik bersenjata.
Israel dan Kemampuan Pertahanan Udara
Israel memiliki salah satu sistem pertahanan udara terbaik di dunia, termasuk Iron Dome dan David’s Sling. Telah terbukti sangat efektif dalam menangkis serangan rudal dari kelompok-kelompok militan seperti Hizbullah dan Hamas. Dalam serangan Iran baru-baru ini, Israel mengklaim bahwa sebagian besar proyektil yang ditembakkan oleh Iran berhasil dicegat sebelum mencapai wilayah permukiman. Namun, keberhasilan pertahanan ini tidak menghentikan serangan Iran.
Peran Hizbullah dalam Konflik Ini
Hizbullah, yang didukung oleh Iran, juga diperkirakan akan berperan besar dalam eskalasi konflik ini. Kelompok militan ini telah lama menjadi ancaman bagi Israel, terutama di perbatasan Lebanon. Israel khawatir bahwa Hizbullah akan meningkatkan serangan terhadap wilayahnya sebagai bagian dari dukungan kepada Iran dalam konflik yang lebih luas.
Kesimpulan: Meningkatnya Ketegangan dan Potensi Konflik Besar
Dengan kedua negara yang terus meningkatkan ancaman serangan balasan, ketegangan antara Israel dan Iran mencapai titik baru. Eskalasi ini berpotensi memicu konflik besar di kawasan Timur Tengah, dengan dampak yang merugikan bagi stabilitas regional. Sementara dunia internasional menyerukan untuk menahan diri, prospek perdamaian masih jauh dari harapan. Iran dan Israel tampaknya siap untuk terus melanjutkan konfrontasi, yang bisa memicu krisis yang lebih luas di masa mendatang.